Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Perdagangan Internasional



Pengaruh Makro Ekonomi terhadap
Perdagangan Internasional


1.    Pengertian Perdagangan Internasional
Secara sederhana, perdagangan internasional dapat diartikan sebagai kegiatan tukar menukar barang/jasa antarpelaku ekonomi melewati batas-batas negara. Perdagangan internasional merupakan proses transfer barang/jasa atas dasar kehendak sukarela dari masing-masing negara, untuk tujuan memperoleh manfaat perdagangan atau gains of trade. Perdagangan ini meliputi transaksi penjualan ke luar negeri, disebut sebagai impor dan transaksi pembelian dari lur negeri yang disebut ekspor.


2.    Indikator-indikator Makro Ekonomi
Di bawah ini disebutkan beberapa indikator-indikator penting makro ekonomi beserta definisinya secara singkat:
PDB merupakan total nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Dengan menghitung PDB, maka pertumbuhan ekonomi juga dapat dihitung.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu.
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun. Dari sisi pengeluaran, komponen-komponen pendapatan nasional terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
Konsumsi menyatakan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga maupun pemerintah untuk memperoleh barang/jasa.
Investasi adalah suatu istilah keuangan dan ekonomi yang memiliki beberapa pengertian. Istilah ini dinamakan juga penanaman modal dengan cara mengakumulasikan suatu bentuk aktiva dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian modal barang yang tidak dikonsumsi, melainkan digunakan untuk produksi yang akan datang. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, sedangkan tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi. Dengan tingkat bunga simpanan yang tinggi, perusahaan/individu yang memiliki modal akan lebih memilih untuk menabung daripada berinvestasi. Sedangkan perusahaan/individu yang kekurangan modal akan mengurangi/menghentikan investasinya, karena keadaan mengharuskannya meminjam uang untuk kebutuhan modal dalam keadaan bunga pinjaman yang tinggi.
Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak habis dikonsumsi.
Suku Bunga adalah persentase imbalan/balas jasa atas pinjaman uang. Imbalan ini merupakan kompensasi kepada pemberi pinjaman atas keuntungan yang diberikannya melalui manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan.
Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri.
Impor adalah kegiatan kebalikan dari ekspor, yaitu membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri.
Cadangan devisa adalah simpanan dalam bentuk mata uang asing oleh bank sentral dan pemegang otoritas moneter.
Inflasi adalah suatu proses peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI (Indeks harga Konsumen) dan GDP Deflator.
Indeks Harga Konsumen adalah suatu angka yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
GDP Deflator ialah perbandingan antara PDB riil dan PDB nominal.
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Penawaran Uang merupakan jumlah uang yang ditawarkan oleh bank sentral.
Indikator-indikator di atas juga turut dipengaruhi oleh berbagai variabel ekonomi, temasuk di antaranya hal-hal yang terkait masalah pembangunan sebagai berikut:
ü  Tenaga Kerja
ü  Jumlah Penduduk
ü  Jumlah Pengangguran
ü  Jumlah penduduk miskin
ü  Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
ü  Angka Ketergantungan
ü  Dan lain-lain
Dalam pembahasan berikutnya, akan dipilih beberapa indikator ekonomi makro yang memiliki pengaruh besar terhadap kelangsungan kegiatan perdagangan internasional.


3.    Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Perdagangan Internasional
a.     Analisis Deskriptif
Secara umum, kondisi makro ekonomi akan berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan internasionalnya. Dibawah ini akan diuraikan beberapa indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perdagangan internasional.
Pendapatan Nasional
Peningkatan pendapatan nasional cenderung meningkatkan hasrat konsumsi masyarakat (marginal prospensity to consume). Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga tersebut akan memperbesar peluang transfer masuknya barang-barang/jasa-jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan impor. Kemungkinan lain adalah terjadinya penurunan ekspor, karena hasil produksi dalam negeri  sebagian besar habis dikonsumsi oleh masyarakat. Namun hal ini tergantung pada peran serta pemerintah dan unsur psikologis yang terkandung dalam masyarakat.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Kegiatan perdagangan internasional tidak terlepas dari unsur harga rata-rata barang/jasa yang dikonsumsi oleh tumah tangga. IHK menjadi salah satu ukuran terjadinya Inflasi. Inflasi merupakan suatu proses peningkatan harga-harga secara umum. Kenaikan harga-harga secara umum akan mengakibatkan biaya produksi juga tinggi, sedangkan daya beli masyarakat lemah. Biaya produksi tinggi berarti harga jual barang/jasa pun tinggi. Keadaan ini akan diikuti oleh berkurangnya permintaan luar negeri akibat tingginya harga barang-barang yang diekspor, sehingga produk dalam negeri akan kehilangan daya saing di luar negeri karena dianggap terlalu mahal. Jadi, keadaan ini menyebabkan penurunan ekspor. Sedangkan pengaruhnya terhadap impor tampak dalam peningkatan indeks harga konsumen (IHK) itu sendiri. Tingginya harga rata-rata menyebabkan daya beli masyarakat pun lemah. Masyarakat akan berusaha untuk membatasi konsumsi, yang pada akhirnya berpeluang menurunkan impor. Inflasi tidak terlepas dari faktor Penawaran Uang oleh bank sentral.

Impor/Ekspor
Dengan mengasumsikan bahwa jenis barang yang diekspor dan diimpor adalah sama, maka dapat disimpulkan bahwa Impor memiliki korelasi negatif terhadap ekspor. Besarnya impor akan memperkecil pasar produk dalam negeri dan pada akhirnya akan mematikan perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Dengan demikian, kesempatan untuk melakukan ekspor pun semakin kecil. Demikian sebaliknya. Nilai ekspor yang besar menunjukkan bahwa barang/jasa produksi dalam negeri memiliki daya saing kuat sehingga mampu menembus pasar internasional. Keadaan ini menyebabkan masyarakat lebih memilih mengonsumsi barang/jasa produksi dalam negeri. Secara otomatis, impor akan berkurang.

Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi akan hasrat menabung yang lebih tinggi. Akibatnya, proporsi pendapatan yang dijadikan Tabungan menjadi lebih besar. Sebab menabung akan terasa lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan melakukan Investasi. Rendahnya investasi menyebabkan rendahnya kegiatan produksi. Di pihak lain, produsen yang membutuhkan modal pinjaman akan terhalang oleh tingkat bunga kredit yang tinggi. Hal ini akan memberikan dampak buruk yang sama, yaitu terjadinya penurunan produktivitas. Rendahnya produksi dalam negeri akan menyebabkan kemampuan ekspor berkurang. Bahkan, dalam jangka panjang keadaan ini akan memicu peningkatan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap perdagangan internasional. Pihak yang terkena dampak negatif akibat kurs yang menguat adalah eksportir. Sebab, menguatnya nilai rupiah menyebabkan pembayaran yang diterima oleh eksportir atas barang/jasa yang ekspor akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan penurunan ekspor. Dalam keadaan yang sama importir akan mendapat keuntungan. Karena ia akan membayar lebih murah untuk barang/jasa yang diimpor. Akibatnya terjadi peningkatan impor. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila kurs melemah.
Contoh: Harga barang x adalah 1 USD yang berlaku secara internasional. Kurs Rupiah menguat dari Rp 9.000/USD  menjadi Rp 8.000/USD. Akibatnya, eksportir yang tadinya menerima Rp 9.000 dari hasil ekspor 1 unit barang x, setelah kurs menguat menjadi hanya menerima sebesar Rp 8.000. Sebaliknya, importir yang sebelumnya harus membayar sebesar Rp 9.000 untuk mengimpor 1 unit barang x, setelah kurs menguat cukup membayar sebesar Rp 8.000 ia telah memperoleh 1 unit barang x.
PDB
PDB menunjukkan kegiatan produksi dalam suatu negara. Apabila PDB meningkat, artinya terjadi Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas ekonomi. Han ini menjadi suatu motivasi untuk meningkatkan daya saing produk dan mengembangkan inovasi, dan meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan daya saing produk disertai peningkatan produktivitas akan meningkatkan ekspor. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga menjadi ukuran terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang memicu hasrat konsumsi yang lebih tinggi. Hasrat konsumsi masyarakat yang tinggi membuka peluang impor yang lebih tinggi.

b.     Analisis Statistik
Untuk membuktikan hasil analisis deskriptif di atas, maka dilakukan analisis secara statistik. Berikut disajikan hasil analisis statistik, pengaruh makro ekonomi terhadap perdagangan internasional (kasus: negara China), menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan bantuan media spss 17.


1. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Ekspor
Persamaan:
Export = α0 + α1 GNI + α2 CPI + α3 Inflation + α4 Import + α5 Consumption + α6 Interest +
α7 Saving + α8 Exchange + α9 Investment + α10 Money + α11 GDP + α12 Growth


Output:
Predetermined
  Coefficient
Std.Error
t-stat
Prob.
Other Parameter
(Constant)
89757.972
201590.11
0.445
0.661
R-squared           0.980
GNI
1760.521
188.785
9.326
0.000
F-stat               121.135
CPI
1901.946
916.885
2.074
0.053
F Prob                  0.000
Inflation
-24072.656
13369.464
-1.801
0.089

Import
-1.671
0.596
-2.801
0.012

Consumption
-217.530
85.826
-2.535
0.021

Interest Rate
-35182.773
19439.035
-1.810
0.087

Saving
6.454E-7
0.000
2.863
0.010

Exchange Rate
-63897.607
23389.863
-2.732
0.014

Investment
-0.742
1.582
-0.469
0.644

Money Supply
-0.190
0.026
-7.179
0.000

GDP
-6.719E-7
0.000
-4.595
0.000

Growth
-8365.602
7871.757
-1.063
0.302


Interpretasi Hasil Analisis:
a. Koefisien dan Probabilitas
v  Constant. Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh bahwa nilai intercept (konstanta) adalah sebesar 89757.972, yang artinya, tanpa ada pengaruh dari variable-variabel bebas di atas, maka besar ekspor negara China adalah sebesar 89757.972 USD.
v  GNI. Koefisien GNI sebesar 1760.521 menunjukkan bahwa GNI perkapita berpengaruh positif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GNI perkapita sebesar $ 1 akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar  1760.521 USD. GNI berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v  CPI. Koefisien CPI sebesar 1901.946 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen berpengaruh positif terhadap ekspor. Artinya, setiap kenaikan 1 indeks harga konsumen akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar 1901.946 USD. CPI berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α = 0.053)
v  Inflation. Koefisien inflasi sebesar -24072.656 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap ekspor. Artinya, ssetiap kenaikan 1% inflasi akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 24072.656 USD. Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α = 0.089)
v  Import. Koefisien impor sebesar -1.671 menunjukkan bahwa impor berpengaruh negatif terhadap ekspor. Artinya, setiap kenaikan impor sebesar 1  USD akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 1.671 USD. Impor berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.012)
v  Consumption. Koefisien konsumsi sebesar  -217.530 menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan rubahan 1 juta Yuan konsumsi akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 217.530 USD. Konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.021)
v  Interest. Koefisien suku bunga sebesar  -35182.773 menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap perubahan 1% suku bunga akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 35182.773 USD. Suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α = 0.087)
v  Saving. Koefisien tabungan sebesar  6.454E-7 menunjukkan bahwa tabungan berpengaruh positif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan 1 USD tabungan akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar 6.454 × 10-7 USD. Tabungan berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 1% (α = 0.010)
v  Exchange rate. Koefisien nilai tukar sebesar -63897.607 menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana setiap peningkatan kurs (kurs melemah) sebesar 1 Yuan / US$ akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 63897.607 USD. Nilai tukar  berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 5% (α = 0.015)
v  Investment. Koefisien investasi sebesar -0.742 menunjukkan bahwa investasi berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan 1 juta US$ investasi akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar  0.742 USD. Namun demikian, investasi asing tidak signifikan pengaruhnya terhadap ekspor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas INVESTMENT sebesar 0.644 (tidak signifikan).
v  Money Supply. Koefisien penawaran uang sebesar -0.190 menunjukkan bahwa penawaran uang berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana setiap peningkatan penawaran uang sebesar 1 Yuan akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 0.190 USD. Penawaran uang  berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v  GDP. Koefisien GDP sebesar -6.719E-7 menunjukkan bahwa GDP berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GDP sebesar 1 USD akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar  6.719 × 10-7 USD. GDP berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v  Growth. Koefisien pertumbuhan ekonomi sebesar -8365.602 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar  8365.602 USD. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tidak signifikan pengaruhnya terhadap ekspor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi sebesar 0.302 (tidak signifikan).

      b. R-Squared
Nilai Adjusted R-squared sebesar 0.980 berarti bahwa indikator-indikator makro di atas mempengaruhi ekspor sebesar 98%. Sedangkan selebihnya sebesar 2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dari besarnya nilai koefisien determinasi ini dapat dikatakan bahwa model di atas merupakan model yang baik, sebab variabel-variabel bebasnya cukup mampu menjelaskan variabel terikat.

      c.  F-Probability
Besar probabilitas uji F menunjukkan nilai sebesar 0.000 (α = 1%). Dengan demikian dapat disimpulkan, jika diuji secara bersamaan, maka indikator-indikator makro tersebut memiliki pengaruh bersama yang signifikan terhadap ekspor pada tingkat kepercayaan 99%.

     2. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Impor
Persamaan:
Import =  β0 + β1 GNI + β2 CPI + β3 Inflation + β4  Consumption + β5 Interest + β6 Saving +
β7 Exchange + β8 Investment + β9 Money + β10 GDP + β11 Growth + β12 Export

Output:
Predetermined
  Coefficient
Std.Error
t-stat
Prob.
Other Parameter
(Constant)
156335.027
55768.700
2.803
0.012
R-squared           0.998
GNI
494.014
95.092
5.195
0.000
F-stat             1061.831
CPI
430.015
320.939
1.340
0.197
F Prob                   0.000
Inflation
-11071.392
4016.066
-2.757
0.013

Consumption
-95.991
23.979
-4.003
0.001

Interest Rate
-19266.398
5286.677
-3.644
0.002

Saving
-7.530E-8
0.000
-0.856
0.403

Exchange Rate
-18289.511
8097.929
-2.259
0.037

Investment
1.349
0.417
3.232
0.005

Money Supply
-0.024
             0.016
-1.482
0.156

GDP
-2.789E-8
0.000
-0.394
0.698

Growth
-5624.382
2324.603
-2.420
0.026

Export
-0.182
0.065
-2.801
0.012



Interpretasi Hasil Analisis:
      a. Koefisien dan Probabilitas
v  Constant. Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh bahwa nilai intercept (konstanta) adalah sebesar 156335.027, yang artinya, tanpa ada pengaruh dari variabel-variabel bebas di atas, maka besar impor negara China adalah sebesar 156335.027 USD.
v  GNI. Koefisien GNI sebesar 494.014 menunjukkan bahwa GNI perkapita berpengaruh positif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan GNI perkapita sebesar $ 1 akan mengakibatkan peningkatan impor sebesar  494.014 USD. GNI berpengaruh secara signifikan terhadap impor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v  CPI. Koefisien CPI sebesar 430.015 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen berpengaruh positif terhadap impor. Artinya, setiap kenaikan 1 indeks harga konsumen akan mengakibatkan peningkatan impor sebesar 430.015 USD. Namun demikian, CPI tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas CPI sebesar 0.197 (tidak signifikan).
v  Inflation. Koefisien inflasi sebesar -11071.392 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap impor. Artinya, setiap kenaikan 1% inflasi akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 11071.392 USD. Inflasi  berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.013)
v  Consumption. Koefisien konsumsi sebesar -95.991 menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga pengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan rubahan 1 juta Yuan konsumsi akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 95.991 USD. Konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 1% (α = 0.001)

v  Interest. Koefisien suku bunga sebesar  -19266.398 menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap perubahan 1% suku bunga akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 19266.398 USD. Suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 1% (α = 0.002)
v  Saving. Koefisien tabungan sebesar  -7.530E-8 menunjukkan bahwa tabungan berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan 1 USD tabungan akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 7.530 × 10-8 USD.. Namun demikian, tabungan tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas tabungan sebesar 0.403 (tidak signifikan).
v  Exchange rate. Koefisien nilai tukar sebesar -18289.511 menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana setiap peningkatan kurs (kurs melemah) sebesar 1 Yuan / US$ akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 18289.511 USD. Nilai tukar  berpengaruh secara signifikan terhadap impor pada tingkat kesalahan 5% (α = 0.037)
v  Investment. Koefisien investasi sebesar 1.349 menunjukkan bahwa investasi berpengaruh positif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan 1 juta US$ investasi akan mengakibatkan penurunan impor sebesar  1.349 USD. Investasi berpengaruh secara signifikan terhadap impor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.005)
v  Money Supply. Koefisien penawaran uang sebesar -0.024 menunjukkan bahwa penawaran uang berpengaruh negatif terhadap impor. Dimana setiap peningkatan penawaran uang sebesar 1 Yuan akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 0.024 USD. Namun demikian, GDP tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas GDP sebesar 0.156 (tidak signifikan).
v  GDP. Koefisien GDP sebesar -2.789E-8 menunjukkan bahwa GDP berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GDP sebesar 1 USD akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar  2.789 × 10-7 USD. Namun demikian, GDP tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas GDP sebesar 0.698 (tidak signifikan).
v  Growth. Koefisien pertumbuhan ekonomi sebesar -5624.382 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan impor sebesar  5624.382  USD. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.026)
v  Export. Koefisien ekspor sebesar -0.182 menunjukkan bahwa ekspor berpengaruh negatif terhadap impor. Artinya, setiap kenaikan ekspor sebesar 1  USD akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 0.182 USD. Ekspor berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.012)

      b. R-Squared
Nilai Adjusted R-squared sebesar 0.998 berarti bahwa indikator-indikator makro di atas mempengaruhi impor sebesar 99,8%. Sedangkan selebihnya sebesar 0,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dari besarnya nilai koefisien determinasi ini dapat dikatakan bahwa model di atas merupakan model yang baik, sebab variabel-variabel bebasnya cukup mampu menjelaskan variabel terikat.

      c. F-Probability
Besar probabilitas uji F menunjukkan nilai sebesar 0.000 (α = 1%). Dengan demikian dapat disimpulkan, jika diuji secara bersamaan, maka indikator-indikator makro tersebut memiliki pengaruh bersama yang signifikan terhadap impor pada tingkat kepercayaan 99%.

Catatan: kadang terdapat ketidaksesuaian antara hasil analisis statistik dan deskriptif, karena masing-masing metode analisis mempunyai kelemahan. Dalam analisis deskriptif ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam memprediksi maupun membuat asumsi. Sedangkan dalam analisis statistik bisa saja terjadi kesalahan data, masalah pembentukan model maupun kesalahan lain. Seperti misalnya nilai kurs. Berdasarkan analisis deskriptif, nilai kurs menguat akan menyebabkan peningkatan impor. Sedangkan berdasarkan analisis statistik, kurs menguat akan mengakibatkan penurunan impor. Hal ini bisa terjadi karena nilai kurs selalu berubah-ubah bahkan dalam sehari. Sedangkan data yang digunakan adalah data tahunan.


4.  Kondisi Makro Ekonomi dan Perdagangan Internasional: Kasus Perekonomian Indonesia

Ada beberapa saat tertentu di mana negara indikator makro ekonomi Indonesia mengalami penurunan-penurunan yang ditandai dengan ketidakstabilan ekonomi dan berdampak pada aktivitas perdagangan internasional Indonesia. Di bawah ini adalah dua momen penting di mana terjadi perubahan- perubahan penting dalam lingkup makro ekonomi dan pengaruhnya terhadap kegiatan perdagangan internasional negara Indonesia.
Pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0% (tahun 1997 sebesar 4%), nilai tukar rupiah Rp 8.025/USD ( tahun sebelumnya 4.650/USD), JUB Rp 577.381 M (sebelumnya Rp 355.643 M), inflasi 77,63% (sebelumnya 11,05%). Akibatnya nilai ekspor menurun menjadi 48.847,6 juta USD dari sebelumnya 53.443,6 juta USD. Sedangkan nilai Impor juga mengalami penurunan dari sebelumnya 41.679,8 juta USD menjadi 27.336,9 juta USD.
Pada tahun 2008, Indonesia juga ikut merasakan dampak dari krisis ekonomi global. Pada tahun itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,01% (tahun sebelumnya 6,35%), Nilai Tukar Rp9.591/USD (sebelumnya Rp9.201/USD), Jumlah uang beredar Rp26.213.402M(sebelumnya Rp17.549.212M),  Inflasi 11,06% (sebelumnya 6,59%). Namun, nilai Ekspor masih sedikit meningkat menjadi 137.020 juta USD dari sebelumnya 114.101 juta USD. Nilai Impor juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 74.473,4 juta USD menjadi 112.420,6 juta USD. Artinya, kondisi makro ekonomi Indonesia tahun 2008 tidak mengalami penurunan yang terlalu drastis seperti halnya yang terjadi pada tahun 1998. Jadi, aktivitae perdagangan internasionalnya juga tidak begitu terpengaruh.

* * *

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Perhitungan Data Statistik

Pengalaman Selama Study di Taiwan

Teori ekonomi Mikro