Teori ekonomi Mikro


Bagian 1
Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen muncul akibat adanya hasrat konsumen untuk mengonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya agar diperoleh kepuasan semaksimal mungkin, dengan memperhitungkan kendala keterbatasan pendapatan. Untuk itu konsumen harus bertindak secara efisien untuk mencapai kepuasan maksimum tersebut.


Teori Nilai Guna

Perilaku konsumen terhadap suatu barang tertentu dapat dianalisa melalui teori nilai guna (utility theory). Nilai guna adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengonsumsi suatu barang tertentu. Hubungan antara kegunaan barang dengan barang yang dikonsumsi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi berikut:

U= f (Q1, Q2, Q3, …, QN)

Dimana U adalah jumlah kegunaan dan Q menyatakan banyaknya sesuatu barang yang akan dikonsumsi oleh konsumen, tentunya lebih dari satu barang.

Ada empat pendekatan yang dapat mengukur nilai guna suatu barang, di antaranya pendekatan cardinal, pendekatan ordinal, pendekatan revealed preference, dan pendekatan attribute.


1.     Pendekatan Cardinal

Menurut pendekatan cardinal, daya guna dapat diukur dengan satuan util (dinyatakan dalam bentuk marginal utility dan total utility), dan tinggi rendahnya nilai (daya guna) tergantung pada subjek yang menilai. Dalam pendekatan ini, nilai guna terdiri atas nilai guna total (total utility) dan nilai guna marjinal (marginal utility). Nilai guna total adalah seluruh kepuasan yang diperoleh dalam mengonsumsi suatu barang tertentu. Nilai guna marjinal adalah nilai guna yang berkurang atas pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.

·        Keseimbangan Konsumen
Kalau hanya satu jenis barang yang dikonsumsi, nilai guna maksimum dicapai pada saat nilai guna marjinal samadengan nol (Umaks→ MR = 0). Kalau terdapat lebih dari satu jenis barang yang dikonsumsi, maka terdapat dua kemungkinan tentang harga masing-masing barang. Pada kasus harga masing-masing barang sama, maka nilai guna maksimum dicapai ketika nilai guna marjinal setiap barang adalah sama  (Umaks→ MUx = MUy)). Sedangkan kalau harga masing-masing barang berbeda, maka nilai guna maksimum dicapai pada saat hasil bagi nilai guna marjinal dengan harga suatu barang adalah sama dengan hasil bagi nilai guna marjinal  dengan harga barang lain (UmaksMUx/Px=MUy/Py).

·        Surplus konsumen
Dalam teori nilai guna, dapat terwujud kelebihan kepuasan dalam mengonsumsi suatu barang tertentu. Kelebihan kepuasan ini terjadi apabila konsumen telah menyediakan sejumlah uang untuk mengonsumsi suatu barang tertentu ternyata harga barang tersebut lebih rendah daripada pembayaran yang disediakan oleh konsumen.


2.     Pendekatan Ordinal

Pendekatan ordinal diperkenalkan oleh J. Hicks dan R. J. Allen. Dalam pendekatan ini, daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengonsumsi sekelompok barang. Dalam teori ini dimisalkan bahwa barang yang dikonsumsi hanya terdiri dari dua jenis barang. Nilai guna barang dapat diketahui  dengan melihat seberapa besar barang tersebut memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk melihat kepuasan tersebut digunakan konsep indifference curve (kurva kepuasan sama). Indifference Curve adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama.





Gabungan dari beberapa indifference curve dinamakan indifference map. Apabila indifference curve bergeser ke kanan atas berarti tingkat kepuasan lebih tinggi. Sebaliknya jika bergeser ke kiri bawah, berarti tingkat kepuasan lebih rendah.


3.     Pendekatan Preferensi Nyata

Pendekatan preferensi nyata (revealed preference hypothesis) yang diperkenalkan oleh Samuelson merupakan sebuah hipotesis yang berusaha memperbaiki kelemahan dari pendekatan ordinal dan kelemahan teori cardinal. Beberapa asumsi yang menjadi dasar berlakunya teori ini antara lain:
1.       Rasionalitas, yang mengandung pengertian bahwa jumlah barang banyak lebih disukai daripada barang yang sedikit.
2.       Konsisten, di mana pilihan konsumen tidak mudah untuk dialihkan (diubah).
3.       Asas transitif, yaitu perbandingan yang diberikan konsumen terhadap barang-barang yang disukai maupun tidak.
4.   Revealed preference axioma, yang mengasumsikan bahwa konsumen akan menyisihkan sejumlah uang tertentu untuk pengeluarannya. Jumlah ini merupakan anggaran yang dapat dipergunakannya. Kombinasi barang X dan Y yang sesungguhnya dibeli di pasar merupakan preferensi atas kombinasi daripada  kombinasi X dan Y yang lain. Kombinasi yang dibeli ini akan memberikan daya guna yang tertinggi baginya.


4.     Pendekatan Atribut

Berdasarkan pendekatan atribut, konsumen dalam membeli produk tidak hanya karena daya guna dari produk tersebut, tetapi karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh produk terdebut. Dengan membandingkan kriteria dan nilai dari beberapa barang, konsumen dapat menentukan barang mana yang akan dipilih untuk dikonsumsi.
Namun sayangnya, dalam pendekatan ini sulit untuk melakukan scoring pada atribut dan tidak akan dapat menghindari unsur subjektivitasnya. Selain itu dalam pendekatan ini masih diperlukan adanya indifference curve yang sulit dibentuk oleh konsumen.


Marginal Rate of Substitution (MRS)

Perubahan konsumsi atas suatu barang tertentu harus dilakukan dengan memberi perubahan pula pada konsumsi atas barang yang lain. Perubahan ini menggambarkan besarnya pengorbanan yang dilakukan dalam mengonsumsi suatu barang tertentu untuk menambah konsumsi barang lain. Perubahan inilah yang disebut Marginal Rate of Substitution (MRS). Jadi MRS dapat didefenisikan sebagai suatu teori yang mengungkapkan tingkat substitusi dari seuatu barang yang dikonsumsinya berkurang dan diganti oleh barang lain dengan substitusi yang meningkat.
Secara matematis, MRS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

                                        

Hasil perhitungan dari MRS yang bernilai negatif menunjukkan bahwa MRS berslop negatif, berarti setiap adanya pertambahan konsumsi ke atas suatu barang tertentu akan mengurangi konsumsi ke atas barang lain. Semakin kecil nilai MRS, maka indifference curve semakin cembung ke arah titik origin (titik nol).


Budget Line (Garis Anggaran)

Dalam konsep indifference curve, konsumen ingin mendapatkan kepuasan yang setinggi-tingginya. Namun, timbul suatu persoalan tentang bagaimana konsumen dapat membelanjakan dananya yang terbatas untuk mencapai kepuasan maksimum tersebut. Jika digambarkan dalam sebuah grafik, keinginan konsumen menggeser kurva indiferen ke arah kanan dengan setinggi-tingginya dibatasi oleh suatu garis yang disebut dengan garis anggaran (budget line). Garis anggaran adalah sebuah kurva yang menggambarkan gabungan barang yang dikonsumsi seorang konsumen dengan dana yang tersedia. Dengan memisalkan bahwa dua barang yang dikonsumsi adalah barang A dan B, maka persamaan dari garis anggaran adalah:


Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi  budget line, yaitu efek substitusi (harga) dan efek pendapatan. Perubahan harga (price effect) memberi pengaruh negatif terhadap konsumsi sesuatu barang sebagaimana hukum permintaan. Sedangkan perubahan pendapatan konsumen (income effect) akan memberi pengaruh positif terhadap konsumsi sesuatu barang (pada tingkat harga tetap).




Kepuasan Maksimum

Kepuasan maksimum dicapai ketika kepuasan yang diperoleh konsumen bersesuaian dengan pendapatan yang dimilikinya.
Dalam sebuah grafik, kepuasan maksimum dicapai saat indifference curve bersinggungan dengan Budget line seperti yang digambarkan di bawah ini :




Kepuasan maksimum diperoleh pada titik E, di mana seluruh pendapatan yang dianggarkan untuk membeli kedua barang tersebut habis terpakai dan dicapai sebuah kepuasan dalam mengonsumsi kedua barang tersebut. kepuasan maksimum tidak terjadi pada titik P atau Q karena pada kedua titik tersebut tidak seluruhnya pendapatan habis digunakan (tidak efisien). Kepuasan maksimum tidak juga dicapai pada titik S karena pendapatan konsumen tidak mencukupi untuk mencapai kepuasan pada titik itu.Dengan demikian, kepuasan maksimum dicari dengan menggunakan rumus :
 



Gabungan Keseimbangan Konsumen

1.     Kurva Konsumsi-Harga

Kurva konsumsi-harga (Price-Consumption Curve/PCC) adalah suatu kurva yang menghubungkan beberapa keseimbangan konsumen (titik kepuasan maksimum) yang bergeser akibat perubahan harga barang.
Ada tiga bentuk kurva PCC, yaitu :
1.       Bila permintaan bersifat elastis, maka kemiringan PCC akan negatif (PCC<0 i="">)
2.    Bila permintaan bersifat elastis uniter, maka lereng kurva PCCmenjadi nol pula, atau PCC sejajar dengan sumbu horizontal.
3.       Bila elastisitas permintaan bersifat inelastis, maka kemiringan (slope) PCC akan menjadi positif.
Gambar kurva konsumsi harga tampak dalam grafik di bawah ini :
                                                 




2.     Membentuk Kurva Permintaan dari Kurva Konsumsi-Harga

Selain dengan menggunakan hukum permintaan, kurva permintaan juga dapat dibentuk dengan menggunakan kurva konsumsi harga. Kurva PCC akan menjadi kurva permintaan atas barang A jika sumbu vertikal yang menunjukkan  kuantitas barang B (QB) beralih fungsi menjadi sumbu yang menunjukkan harga barang A (PA). Dengan demikian grafik akan menunjukkan hubungan harga barang A dengan jumlah barang A yang diminta (kurva permintaan).

3.     Kurva Konsumsi-Pendapatan

Kurva konsumsi-pendapatan (income-consumption Curve/ICC) adalah suatu kurva yang menghubungkan beberapa keseimbangan konsumen (titik kepuasan maksimum) yang bergeser akibat perubahan pendapatan konsumen.



4.     Membentuk Kurva Engel dari Kurva Konsumsi-Pendapatan

Kurva Engel (dikembangkan oleh Ernets Engel pada abad ke 19) adalah kurva yang mengungkapkan hubungan antara konsumsi suatu barang dengan tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin besar bagian dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk konsumsi suatu barang.
Kurva Engel diperoleh dari pengembangan Income Consumption-Curve. Kurva ICC dapat berfungsi sebagai kurva Engel jika kuantitas barang B pada sumbu vertikal diganti dengan pendapatan konsumen. Sehingga grafik menunjukkan hubungan antara pandapatan konsumen dengan jumlah barang yang dikonsumsi (kurva Engel).


Barang Inferior dan Barang Giffen

Barang inferior merupakan barang yagn mempunyai pengaruh negatif apabila dihubungkan di antara konsumsi barang dengan perubahan tingkat pendapatan (income effect negative). Untuk barang inferior, pada pendapatan yang meningkat konsumsi barang akan menurun dan sebaliknya. Dengan demikian ICC akan berbentuk seperti garis S.
Barang giffen merupakan barang yang mempunyai pengaruh positif apabila dihubungkan di antara konsumsi barang dengan perubahan tingkat harga (price effect positive). Pada barang giffen, alternatif konsumsi akan suatu barang akan meningkat (tingkat pendapatan tetap) pada tingkat harga yang meningkat, dan sebaliknya.  Biasanya kasus ini terjadi pada barang-barang primer (kebutuhan primer) dan juga barang-barang bergengsi. Namun giffen paradox pada hakekatnya hanya bersifat sementara (musiman). Dengan demikian PCC akan berbentuk seperti garis S.
Selain itu dikenal pula barang normal dan barang superior. Barang normal mempunyai ciri semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula barang yang dibeli. Ciri barang superior mirip dengan barang normal, hanya saja untuk barang superior kenaikan pendappatan sedikit akan menyebabkan barang yang dibeli bertambah melebihi barang normal (mempunyai elastisitas pendapatan lebih besar dari satu).


Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bagaimana harga barang dan pendapatan konsumen dapat menggeser budget line. Pergeseran budget line tersebut tentu juga akan  menggeser titik keseimbangan konsumen (titik kepuasan maksimum). Dalam hubungan itu dapat dijelaskan bahwa turunnya harga suatu barang akan menambah jumlah konsumsi atas barang tersebut (efek substitusi) dan menambah nilai riil dari pendapatan sehingga akan menambah konsumsi atas barang lain (efek pendapatan).



Pada mulanya keseimbangan dicapai pada titik E0. Dimisalkan harga barang A turun, sehingga BL bergeser ke kanan dan menyinggung kurva IC1 dan titik keseimbangan bergeser ke E1. Jumlah barang A yang diminta bergeser dari QA0 menjadi QA1 (pada titik keseimbangan). Perubahan jumlah tersebut disebabkan oleh efek substitusi dan efek pendapatan. Umtuk memisahkan akibat efek subsitusi dan efek pendapatan dapat diketahui dengan melihat keseimbangan konsumen yang tidak dipengaruhi oleh efek pendapatan. Caranya dengan menarik garis sejajar garis BL1 sehingga terbentuk garis BL2 yang menyinggung indifference curve yang kedua (IC2), maka  efek pendapatan pun bisa dihilangkan.
Garis anggaran konsumen BL2 menggambarkan gabungan barang yang dapat dibeli dengan pendapatan yang sama besarnya setelah harga barang A turun. Pergeseran keseimbangan dari E0 ke E2 menyebabkan konsumsi atas barang B bertambah sebesar QA0-QA2, sedangkan konsumsi  atas barang B berkurang. Besarnya konsumsi ke atas barang A (QA0-QA2) disebabkan oleh efek substitusi. Sedangkan selebihnya sebesar QA2-QA1 disebabkan oleh efek pendapatan.







Bagian 2
Perilaku Produsen

                              
Fungsi Produksi

Kegiatan produksi merupakankegiatan pengkombinasian berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (hasil). Fungsi produksi adalah suatu hubungan teknis antara input dan output. Hubungan kedua variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Q = f (X1, X2, X3, …, Xn)
Dimana : Q =  output
             X = input

Input produksi sangat banyak. Input produksi hanya input yang tidak mengalami nilai tambah. Jadi, material bukan input produksi karena tidak bisa  disubstitusikan antara material dengan input lainnya.


Teori Produksi Satu Input Variabel

Fungsi produksi dengan satu input menjelaskan hubungan antara jumlah output dengan satu input. Dengan memisalkan bahwa input tersebut adalah output tenaga kerja, maka fungsi produksinya disajikan sebagai berikut :
Q = f(L)
Dalam teori produksi ada beberapa konsep yang perlu diketahui, antara lain: total produksi (Total Physical Productivity of Labor/TP), produksi marjinal (Marginal Physical Productivity of Labor/MP), rata-rata produksi (Average Physical Productivity of Labor/AP), dan laba maksimum (profit maximition).
Produk total adalah produk yang dihasilkan dengan menggunakan input (tenaga kerja). Berdasarkan hukum lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return), hubungan output dengan jumlah tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 tahapan, antara lain: tahap pertama produk total meningkat secara cepat akibat pertambahan jumlah tenaga kerja, tahap kedua produk total meningkat secara lambat, dan tahap ketiga produk total mulai menurun akibat tambahan jumlah tenaga kerja tersebut.

Produk rata-rata adalah rata-rata produk yang dihasilkan setiap input. Dengan menggunakan rumus, produk rata-rata adalah sebagai berikut :
AP =Q/L
Produk marjinal adalah perubahan jumlah output akibat perubahan satu unit input (tenaga kerja yang digunakan). Secara matematis dirumuskan :
MP =ΔQ/ΔL
Pada saat AP mencapai maksimum, besarnya AP = MP. Produk rata-rata maksimum mempunyai syarat bahwa turunan pertamanya samadengan nol.

Hubungan antara AP dengan MP dapat pula dikaitkan dengan elastititas produksi dari persamaan berikut :
EP = (% Perubahan Output) ∕ (% Perubahan Input)    diperoleh  EP = (dQ/dL)(L/Q).

Pada akhirnya, karena AP = Q/L   dan MP = dQ/dL akan dihasilkan persamaan :

EP =MP/AP

Dengan persamaan di atas, terdapat tiga keadaan yang dapat dijelaskan:
1.       AP>MP, maka elastisitas produksi (EP) mempunyai nilai <1 (inelastis)
2.       AP<MP, maka elastisitas produksi (EP) mempunyai nilai >1 (elastis)
3.       AP = MP, maka elastisitas produksi (EP) mempunyai nilai = 1 (unitary)


Teori Produksi Dua Input Variabel

Dengan memisalkan bahwa dua input yang digunakan adalah tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya dituliskan sebagai berikut :
Q = f (L,K)
Dalam kegiatan produksi kedua input tersebut dapat dipertukarkan penggunaannya, di mana L dapat diganti dengan K, dan sebaliknya.


·        Kurva Isokuan

Kurva isokuan (isoquant curve) adalah suatu garis yang menjelaskan berbagai kombinasi penggunaan dua input variabel untuk menghasilkan suatu tingkat output tetentu. Hubungan antaara kedua variabel tersebut tampak dalam kurva isokuan berikut :



·        Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

MRTS adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input (kapital) disatu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama. Dengan menggunakan rumus, maka :

MRTS = -ΔK/ΔL

Dan

MRTSLK = MPL/MPK


Di mana MRTSLK merupakan perbandingan antara MPL dengan MPK

Hasil perhitungan MRTS negatif menunjukkan hubungan antara jumlah output dengan input yang berhubungan secara terbalik atau berslop negatif.

·        Kumpulan Kurva Isokuan

Kurva isokuan dapat bergeser ke kanan atau ke kiri sesuai dengan perubahan jumlah output. Kurva isokuan bergeser ke kiri (mendekati titik origin) berarti nilainya seakin kecil, dan sebaliknya. Meningkatnya jumlah output akan menambah jumlah input yang digunakan.


Return to Scale

Return to scale menjelaskan hubungan antara perubahan input dengan perubahan output yang diakibatkannya. Melalui penelitiannya Adam Smith menyimpulkan bahwa jika menggandakan semua input, maka dapat mengakibatkan terjadinya pembagian tugas yang lebih baik (devision of work) sehingga efisiensi dapat ditingkatkan, oleh karena itu output menjadi berlipat ganda, sebaliknya dapat menurunkan efisiensi karena pengawasan terhadap input menjadi lebih sulit.
Return to scale dapat diklasifikasikan menjadi decreasing return to scale (DRTS), constant return to scale (CRTS), dan increasing return to scale (IRTS). Perbedaan ketiganya dijelaskan melalui ketiga gambar di bawah ini.


Jika pertambahann output secara proporsional lebih tinggi daripada pertambahan input maka yang terjadi adalah IRTS. Sebaliknya, jika tambahan output secara proporsional lebih kecil dari pertambahan input yang terjadi adalah DRTS. Sedangkan jika tambahan output secara proporsional sama dengan tambahan input disebut dengan CRTS.


Kurva Isokos

Seperti halnya dalam perilaku konsumen, produsen bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dengan menambah jumlah output yang diproduksi. Namun tujuan untuk menggeser kurva isokua setinggi-tingginya ke arah kanan dibatasi oleh biaya untuk menghasilkan output pada tingkat tertentu yang dinamakan kurva isokos (isocost curve).
Kurva isokos adalah suatu garis yang menjelaskan gabungan penggunaan input dengan jumlah biaya tertentu. Persamaan dari kurva isokuan adalah sebagai berikut:

TC = PL.L + PK.K

Di mana TC menunjukkan besarnya input, P= Harga/Upah, L= Tenaga Kerja dan K = Modal.

Dari persamaan di atas, maka slope dari isocost yaitu  (TC/PK) . (PL/TC)  = PL/PK


Keseimbangan Produsen

Keseimbangan produsen dicapai ketika kurva isokos bersinggungan dengan isokuan, seperti yang digambarkan di bawah ini :


Keadaan ini menggambarkan produksi optimal yang dihasilkan dari proses kombinasi penggunaan input sebagai total biaya produksi (least cost combination). Pada kondisi optimal ini MPL/MPK= w/r atau MRTS = w/r di mana w adalah balas jasa atas tenaga kerja (upah) dan r merupakan balas jasa atas modal (bunga).


Jalur Ekspansi

Jalur ekspansi adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen. Jalur ekspansi dapat dianalisis ke dalam dua waktu, yaitu jalur ekspansi jangka panjang (Long-Run Expantion Path/LREP) dan jalur ekspansi jangka pendek (Short-Run Expantion path/ SREP). LREP adalah garis yang menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen apabila semua input variabel berubah. SREP adalah garis yang menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen apabila salah satu  input variabel berubah, baik L maupun K, sedangkan yang lainnya adalah tetap. Dengan demikian, jalur ekspansi bisa berbentuk vertikal maupun horizontal bila dalam kegiatan produksi hanya satu input yang berubah, sedangkan input yang lainnya tetap.

Keseimbangan penggunaan input dicapai ketika LREP berpotongan dengan SRE. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini :



   
Maksimalisasi Output

Pengusaha berkeinginan untuk mendapatkan output yang mungkin lebih besar untuk suatu biaya tertentu, sehingga membentuk fungsi :

V = f(L,K) + λ(TC-PL.L-PK.K)

Penyelesaian berikutnya adalah turunan parsial dari V terhadap L, K dan λ samadengan nol.
Dengan penyelesaian persamaan tersebut, maka kondisi pertama menetapkan bahwa ratio dari MPL dan MPK harus sama dengan ratio dari harganya, yaitu PL dan PK.


Minimalisasi Biaya

Dalam hal meminimalkan biaya, bentuk fungsi menjadi :

Z = PL.L + PK.K + λ[(-f(L,K)]

Penyelesaiannya ialah : turunan parsial dari Z terhadap L, K, dan λ sama dengan nol.
Dengan menyelesaikan persamaan di atas maka dapat kita cari beberapa input yang harus digunakan untuk memproduksi tingkat output yang direncanakan.


Fungsi Cobb Douglas

Fungsi ini diperkenalkan oleh Cobb Douglas pada tahun 1928 dalam bentuk persamaan :

Q = AKᵅLᵝ
Di mana: Q = output
 A = parameter efisiensi
 K = input modal
 L = input tenaga kerja
 Α = elastisitas input modal
 Β = elastisitas input tenaga kerja
Fungsi produksi ini dalam bentuk fungsi linear menjadi :

Ln Q = Ln A + α Ln + β Ln + E








Bagian 3
Pasar



Pasar Persaingan Sempurna

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :
1.       Terdiri dari banya penjual dan banyak pembeli.
2.       Adanya kebebasan untuk membuka dan menutup perusahaan (free entry and free exit).
3.       Barang yang diperjualbelikan bersifat homogen.
4.       Penjual dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan pasar.
5.       Mobilitas sumber ekonomi cukup sempurna, di mana bahan baku cukup tersedia.
6.       Penjual berperan sebagai price taker (pengambil harga)
Sebagai penerima harga, perusahaan pada pasar persaingan sempurna tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga, berarti harga jual per unit yang diterima produsen akan tetap berapapun jumlah yang dijual. Dari persamaan berikut :

TR =P.Q

Terdapat beberapa kkonsep penting yang dapat dibentuk, yaitu :
1.       Penerimaan Rata-Rata / Average Revenue

AR = TR/Q = P
Dengan demikian AR = P

2.       Penerimaan Marjinal / Marginal Revenue

MR = dTR/dQ = P
Dengan demikian MR = AR = D = P

3.       Laba maksimum
Berdasarkan pendekatan marjinal, laba maksimum diperoleh melalui pengurangan penerimaan total dengan biaya total dalam keadaan MR = MC. Secara matematis dirumuskan :

π = TR – TC

Laba maksimum pada pasar persaingan sempurna ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
     


Dalam jangka pendek, ada 4 kemungkinan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, yaitu:
1.  Mendapat keuntungan luar biasa, apabila P lebih tinggi dari AC, sehingga perusahaan masih memperoleh keuntungan per unit.
2.  Mendapat keuntungan normal, TR sama dengan TC. Dalam keadaan ini produsen menikmati keuntungan dari aset biaya tetap.
3.   Perusahaan mengalami kerugian, tetapi masih dapat membaya biaya variabel. Keadaan ini terjadi apabila posisi harga berada di bawah AC dan di atas AVC.
4.   Perusahaan berada pada titik gulung tikar ( shut down point), terjadi apabila harga yang terbentuk sama dengan biaya variabel atau P = AVC

·        Permintaan Input pada Pasar Persaingan Sempurna

Posisi maksimum laba diperoleh perusahaan pada  W = MPL . P, di mana w adalah tingkat upah dan P sebagai harga per unit output, sedangkan MPL dinyatakan sebagai Marginal Productivity of Labor.  Pada pasar persaingan sempurna ini dinyatakan bahwa marginal revenue of product sebagai Value of Marginal Product (VMP).
Produsen pada pasar persaingan sempurna dapat menggunakan penambahan input tenaga kerja sampai pada jumlah tertentu di mana value ofmarginal product sama dengan nilai upah tenaga kerja per orang (VMP = W).

·        Keseimbangan Pasar Persaingan Sempurna Jangka Panjang

1)      Keadaan yang diakibatkan oleh kenaikan permintaan

Perubahan yang diakibatkan bertambahnya permintaan mengakibatkan harga barang naik. Jumlah barang yang diperjualbelikan semakin banyak sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keuntungan besar yang diperoleh akan mengundang masuknya perusahaan-perusahaan baru ke pasar. Semakin banyak perusahaan di pasar akan menabah jumlah jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar sehingga menurunkan harga, dengan demikian keuntungan akan menjadi normal kembali.

2)      Keadaan yang diakibatkan oleh penurunan permintaan

Berkurangnya permintaan mengakibatkan harga ke atas suatu barang menurun. Akibat keadaan tersebut perusahaan akan menderita rugi, sehingga banyak perusahaan keluar dari pasar. Kejadian ini mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan menjadi lebih sedikit, hal ini akan mengakibatkan harga naik lagi, sehingga keuntungan menjadi normal.

·        Keadaan Industri dalam Jangka Panjang

1)      Kurva penawaran jangka panjang untuk industri yang biayanya tetap (constant cost industry)

Industri dengan biaya tetap terjadi jika harga-harga input tetap tidak berubah, maka kurva penawaran jangka panjang adalah horizontal. Industri tersebut dapat memperbesar outputnya tanpa menaikkan biaya output per unit jangka panjang (LRAC), sehingga LRAC dan SRAC tidak mengalami perubahan.

2)  Kurva penawaran jangka panjang untuk industri yang biayanya meningkat (increasing cost industry)

Industri dengan biaya menaik menunjukkan adanya kenaikan harga input jika perusahaan memperbesar outputnya. Dalam hal ini kurva penawaran industri dalam jangka panjang akan mempunyai slope positif.

3)  Kurva penawaaran jangka panjang untuk industri yang biasanya menurun (decreasing cost industry)

Industri dengan biaya yang menurun terjadi jika harga-harga semua input mengalami penurunan sejalan dengan semakin banyaknya output yang dihasilkan. Kurva penawaran jangka panjang yang dihasilkan mempunyai slope negatif, artinya biaya dan harga-harga semakin menurun dengan semakin banyaknya output yang dihasilkan. Pada umumnya penurunan ongkos produksi dalam suatu industri ditimbilkan oleh perbaikan industri lain yang menghasilkan  bahan mentah bagi industri tersebut. Akibatnya, menghadapi permintaan yang bertambah justru akan menyebabkan terjadinya skala ekonomis sehingga memungkinkan menjual harga barang lebih murah. Apabila titik-titik keseimbangan dihubungkan maka akan diperoleh kurva penawaran jangka panjang dalam industri yang mengalami penurunan biaya.

·        Kebaikan dan Keburukan Pasar Persaingan Sempurna

1)      Kebaikan pasar Persaingan Sempurna

a.  Menggunakan sumber daya secara efisien artinya seluruh sumber-sumber daya yang tersedia sepenuhnya digunakan
b.      Adanya kebebasan bertindak dan memilih

2)      Keburukan Pasar Persaingan Sempurna

a.       Tidak mendorong adanya inovasi
b.      Adakalanya menimbulkan ongkos sosial, seperti adanya pencemaran lingkungan dan lain sebagainya
c.       Membatasi pilihan konsumen
d.      Ongkos produksi mungkin lebih tinggi sebagai akibat adanya trial and error dan persaingan
e.      Efisiensi penggunaan sumer-sumber daya tidak selalu menciptakan pemerataan distribusi pendapatan
f.  Apabila eksplotasi penggunaan input tidak dibatasi bisa menimbulakn kerusakan pada sumber ekonomi, sebagai akibat adanya perlombaan penggunaan sumbr ekonomi yang dimaksud.


Pasar Monopoli

Ciri-ciri pasar monopoli :
1.       Terdapat hanya satu penjual di pasar
2.       Tidak adanya barang pengganti
3.       Ada hambatan perusahaan lain masuk pasar
4.       Perusahaan sebagai penentu harga (price maker)

Dalam perkembangannya dewasa ini bentuk perusahaan pure monopoli dimaksud sudah tidak dijumpai lagi, dan monopoli yang ada dewasa ini merupakan praktek monopoli yang muncul disebabkan oleh :
1.       Kebijakan (policy)
2.       Penguasaan bahan mentah yang strategis
3.       Hak paten
4.       Keterbatasan pasar
5.       Pemberian hak yang dilakukan oleh pemerintah

Ada beberapa faktor penghalang (hambatan) memasuki pasar (barriers to entry), antara lain:
1.       Hak paten dan hak monopoli (legal barrier to entry)
2.       Skala produksi yang ekonomis ( economies barrier to entry)
3.       Produk  yang mempunyai kekhususan
4.       Alasan hukum

·        Memaksimumkan Keuntungan Pada Pasar Monopoli

1)      Keseimbangan Jangka Pendek Menggunakan Pendekatan Total

Keuntungan merupakan selisih antara TR-TC pada berbagai tingklat jumlah produksi yang dijual.


Untuk lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini :


Titik A dan titik B merupakan keadaan Break Event Point di mana TR = TC. Jadi laba maksimum dicapai pada pertengahan antara titik A sampai titik B.

2)      Keseimbangan Jangka Pendek dengan Menggunakan Pendekatan Marjinal

Perusahaan pada pasar monopoli memaksimumkan keuntungannya dengan menghasilkan sejumlah barang pada saat penerimaan marjinal samadengan biaya marjinal. Pada keadaan ini, jika MR>0 maka MC juga lebih besar dari Nol. Oleh karena itu Ed<1 . Dalam jangka pendek perusahaan pada pasar monopoli dapat memperoleh keuntungan megatif (rugi), normal, dan positif. Untuk lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini :



·        Keseimbangan Pasar Monopoli dalam Jangka Panjang

Dalam jangka panjang pasar monopoli memenuhi semua persyaratan jangka pendek. Pada pasar monopoli, perusahaan dalam menghasilkan barang dapat memperoleh keuntungan positif, normal dan negatif dan harga lebih besar dari biaya marjinal. Dalam keseimbangan pasar monopoli jangka panjang dikenal istilah-istilah berikut ini :
1.       STAC merupakan biaya rata-rata jangka pendek ( short term average cost)
2.       STMC merupakan biaya marjinal jangka perndek (short term marginal cost)
3.       LTMC merupakan biaya marjinal jangka panjang (long term marginal cost)
4.       LTAC merupakan biaya rata-rata jangka penjang (Long term average cost)
 Dalam jangka pendek keuntungan dicapai apabila STMC=MR. dalam jangka panjang keuntungan dicapai apabila LTMC=MR.

·        Diskriminasi Harga Pada Pasar Monopoli

Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan harga yang menetapkan harga yang berbeda untuk barang yang sama kepada konsumen yang berbeda. Tujuan pokok dari diskriminasi harga adalah untuk menaikkan jumlah keuntungan optimal. Diskriminasi harga pada pasar monopoli ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:



Dengan menggunakan matematis, berdasarkan asumsi bahwa biaya marjinal adalah tetap di kedua pasar, maka keuntungan pada kedua pasar tersebut adalah :

P(A,B) = TRA + TRB –TCA –TCB

Sebagai syarat untuk memaksimumkan keuntungan pada pasar monopoli adalah:

dπ/dQA = dTRA/dQA dTC/dQA = 0  (juga berlaku untuk B)
Atau
MRA =dTRA/dQA dTC/dQA = MC=dTC/dQB=dTRB/dQB MRB

Hal ini terjadi karena biaya-biaya produksi di kedua pasar tersebut adalah sama. Dengan demikian, untuk memaksimumkan laba, maka penerimaan marjinal pada kedua pasar tersebut harus sama. Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh :



Berdasarkan penggunaan cara matematis di atas, dapat dinyatakan bahwa jika EA>EB berarti pasar B lebih elastis dari pasar A, hal ini berarti bahwa harga dari pasar A lebih tinggi dari pasar B. Demikian juga sebaliknya. Tetapi jika EA=EB harga di kedua pasar adalah sama. Semakin besar perbedaan elastisitas kedua pasar maka semakin besar perbedaan harga pada kedua pasar tersebut.

·        Pengaturan Monopoli

1)      Pengaturan Harga

Tujuan yang ingin dicapai dari kebijaksanaan pengaturan monopoli melalui pengaturan harga ini adalah agar konsumen membayar pada tingkat harga sesuai dengan biaya marjinalnya dan konsumen memperoleh barang lebih banyak.

2)      Pengaturan Pajak

Pajak-pajak yang dikenakan oleh pemerintah terhadap monopoli sering dianggap sebagai alat pengaturan yang tepat untuk menghalangi sang monopolis untuk menikmati keuntungan sepenuhnya. Terdapat dua jenis pajak yang dapat dikenakan pada monopoli, yaitu :
1.       Lump-sum Tax, yaitu jumlah pajak tertentu yang dikenakan dengan tidak memperhatikan output yang dihasilkan.
2.       Built-in flexible Tax, yaitu pajak khusus atau pajak ditetapkan untuk setiap unit yang dihasilkan sang monopolis dalam persentase tertentu.

·        Efek Efisiensi dari Kegiatan Monopoli

Adanya laba yang dinikmati oleh monopoli dalam jangka panjang dianggap merupakan efek negatif dari monopoli. Laba yang diperoleh  kebanyakan dinikmati oleh pengusaha yang relatif telah kaya, sementara konsumen ynag menjadi korbannya adalah masyarakat yang reltif lebih miskin, sehingga monopoli jelas merupakan kegiatan yang tidak baik.
Alasan lain yang sering dikemukakan untuk menentang kegiatan monopoli adalah monopoli melakukan kegiatan untuk memproduksi barang yang dibuat sedemikian rupa sehingga menciptakan barang yang relative sedikit. Dua alas an tersebut memperkuat argumen agar monopoli dinetralisir.


Pasar Persaingan Monopolistik

Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik :
1.       Terdapat banyak penjual
2.       Barangnya berbeda corak (differentiated product)
3.       Perusahaan mempunyai kekuasaan mempengaruhi harga
4.       Keluar dan masuk ke dalam industri relatif mudah
5.       Persaingan menetapkan promosi penjualan sangat mudah

·        Permintaan Input Pada Pasar persaingan Monopolistik

Pada kasus ini Marginal Revenue of Product (MRP) tidak lagi sama nilainya dengan harga per unit satuan output. Persyaratan laba maksimum dicapai pada :

W =  MRP/MP1  atau  MRP = MP1 x W

Garis MRP menyatakan permintaan terhadap tenaga kerja (D1) yang dapat digambarkan sebagai MP1 dan value of Marginal product di atas MRP.

·        Keseimbangan dalam Pasar Persaingan Monopolistik

Kurva permintaan pada pasar persaingan monopolistik adalah berslop negatif tetapi elastisitas permintaannya adalah sangat elastis tetapi tidak sampai pada elastis yang sempurna. Oleh karena itu harga lebih besar dari biaya marjinal dan keuntungan maksimum dapat dicapai pada saat MR= MC. Dalam jangka pendek, perusahaan dapat memperoleh keuntungan positif, normal dan negatif, tetapi dalam jangka panjang perusahaan akan memperoleh keuntungan normal.
Pada saat perusahaan memperoleh untung positif, maka kurva AC berada di atas kurva permintaan. Sebaliknya, pada saat perusahaan mengalami untung negatif (rugi), kurva AC berada di bawah kurva permintaan. Kurva AC akan bersinggungan dengan kurva permintaan di saat perusahaan memperoleh untung normal.



Keuntungan positif mengundang para produsen baru untuk memasuki pasar sehingga barang yang  dijual semakin banyak. Dengan demikian akan terjadi penurunan permintaan, (kurva permintaan bergeser ke kiri kembali) dan perusahaan memperoleh keuntungan normal. Demikian juga halnya pada keadaan rugi, para produsen akan meninggalkan pasar, mengakibatkan permintaan meningkat dan harga naik. Keadaan ini mengarah pada keuntungan normal yang diperoleh perusahaan. Jadi kesimpulannya dalam jangka panjang perusahaan akan memperoleh keuntungan normal.

·        Faktor-faktor Bukan Harga dalam Pasar Persaingan Monopolistik

Suatu produk dengan produk yang lainnya dapat dibedakan karena lokasi produk, kualitas, ukuran, model, dan komposisi yang dikandung dalam suatu produk.  Konsumen akan memilih produk-produk terbaik dengan dasar kriteria-kriteria tersebut. Hal-hal inilah yang membedakan suatu produk dengan produk lainnya sehingga suatu produk dapat lebih unggul dengan produk lainnya di pasar. Suatu produk berkompetisi dengan produk yang sama fungsinya di pasar dalam diferensiasi produk.


Pasar Oligopoli

Ciri-ciri pasar oligopoli :
1.       Terdapat sedikit perusahaan di pasar
2.       Produk yang dihasilkan adalh produk yang homogen (homogenous product) berupa barang mentah dan barang jadi
3.  Adakalanya perusahaan berpengaruh dalam menentukan harga di pasar (oligopoli kolusif) dan adakalanya perusahaan sebagai penerima harga (oligopoli tidak kolusif)
4.       Ada sedikit penghalang bagi perusahaan baru untuk masuk pasar
5.       Perlu mengadakan iklan

Pada dasarnya pasar oligopoly dibedakan atas oligopoli bersepakat (kolusi) dan oligopoli tidak bersepakat (non kolusi). oligopoli kolusi terdiri dari model Edegeworth, model Cournot, dan model Chamberlin; model kurva permintaan patah dan model kepemimpinan harga.

·        Oligopoli Kolusi

Oligopoli kolusi (oligopoli kartel) adalah adanya dua atau lebih perusahaan yang mempunyai kesepakatan untuk menentukan harga dan jumlah produk yang dihasilkan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang berkolusi tersebut. Semakin kuat kolusi mereka, maka semakin mendekati pada bentuk pasar monopoli.

1)      Kolusi dengan Biaya Sama

Kolusi dengan biaya sama, masing-masing perusahaan yang berkolusi mengeluarkan biaya yang sama untuk menghasilkan suatu produk. Karena setiap perusahaan akan dibagi jatah dalam jumlah yang sama terhadap produksi mereka, maka masing-masing perusahaan akan memperoleh keuntungan yang sama pula besarnya.

2)      Kolusi dengan Biaya Berbeda

Secara kenyataan agak jarang terjadi, setiap perusahaan yang berkolusi mengeluarkan biaya yang sama dalam menghasilkan suatu produk. Untuk mendekati pada kenyataan, dalam menghasilkan suatu produk dimisalkan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan masing-masing perusahaan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan juga berbeda.
Walaupun banyak sekali perusahaan yang ingin melakukan kolusi karena menghasilkan keuntungan yang snagt basar, tetapi ada beberapa halangan yang mungkin mereka hadapi, antara lain:
1.       Berdasarkan undang-undang, kolusi tidak dibenarkan karena dapat mematikan usaha kecil.
2.       Salah satu perusahaan anggota kolusi memungkinkan untuk bertindak curang dalam hal harga.

·        Model Duopoli

1)      Model Cournot

Model ini pertama kali dikemukakan  oleh ahli ekkonomi Prancis yang bernama Augustim Cournot pada tahun 1838. Model ini diawali dari terdapatnya dua perusahaan yang menghasilkan suatu produk dengan biaya nol, misalnya air. Untuk memaksimumkan keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan tersebut berada pada titik tengah kurva permintaannya. Kurva permintaan adalah berslop negatif yang kemiringannya berada di antara monopoli dengan persaingan sempurna. Semakin banyak perusahaan dalam industri semakin mendekati pada persaingan sempurna. Semakin sedikit perusahaan maka semakin mendekati pasar monopoli serhingga keuntungan semakin besar.

2)      Model Edegeworth

Model ini pertamakali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Inggris yang bernama Edgeworth pada tahun 1897. Model ini hampir sama dengan model Cournot, hanya saja menurut model ini tiap perusahaan yang bertindak dalam menetukan jumlah produk yang dihasilkan sangat berpengaruh terhadap harga pasar dan menganggap bahwa perusahaan lain mempertahankan pada tingkat harga yang konstan. Setiap perusahaan dalam industri menghasilkan produk dalam jumlah yang sangat  terbatas sehingga tidak dapat memenuhi permintaan di pasar. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, setiap perusahaan dalam industri akan menurunkan harga untuk merebut pasar yang lebih luas. Perubahan harga ini dapat diterapkan pada pasar monopoli.

3)      Model Chamberlin

Model ini pertamakali dikemukakan oleh Chamberlin. Model ini menyempurnakan model Cournot dan model Edgeworth, di mana kedua perusahaan dalam industri (duopolis) saling melakukan strategi dalam bidang harga untuk memperluas pasarnya, sehingga masing-masing pasar tidak akan mencapai tujuan secara maksimal. Hal ini tidak akan realistik dijumpai dalam pasar. Model Chamberlin lebih realistik diterapkan di pasar. Beberapa asumsi dari model Chamberlin sama dengan model Cournot, akan tetapi model ini mengarah pada adanya saling ketergantungan antarperusahaan dalam industri. Dalam model ini harga dan jumlah produk yang dihasilkan adalah sama, sehingga masing-masing perusahaan tidak ada yang dirugikan.

4)      Model Kurva Permintaan Patah

Model ini muncul karena adanya kekakuan dalam menetapkan harga yang sering terjadi pada pasar oligopoli. Model kurva permintaan adalah patah (kinked demand curve model) pertamakali dikemukawkan oleh Paul Sweezy. Model ini menjelaskan bahwa setiap perusahaan dalam industri akan menyesuaikan harga untuk mempertahankan bagian pasar mereka. Suatu perusahaan tidak akan menaikkan harga, karena perusahaan lain tidak akan menaikkan harga produknya sehingga suatu perusahaan tersebut akan kehilangan sebagian pelanggannya. Demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, setiap perusahaan dalam industri (duopolis) tidak akan mengubah harga dalam memperbesar bagian pasar ke atas produknya melainkan diferensiasi produknya.

·        Memaksimumkan Keuntungan Kurva Permintaan Patah

Melalui kurva permintaan patah dapat ditentukan jumlah produksi yang dihasilkan pada tingkat harga tertentu. Melalui kurva permintaan patah ini oligopolis dapat memaksimumkan keuntungannya dengan menerapkan syarat MR=MC. Berbeda dengan kurva permintaan pada pasar persaingan tidak sempurna lainnya, kurva permintaan ini tidak lurus, tetapi mempunyai kesamaan yaitu berslop negatif. Demikian juga, kurva penerimaan marjinal tidak berbentuk seperti biasanya, MR terdiri dari  dua bagian mengikuti kurva permintaan patah tersebut. Satu bagian merupakan garis lurus menurun miring dari atas ke kanan, kemudian dihubungkan oleh garis putus-putus vertikal ke bagian kedua.

·        Model Kepemimpinan Harga

Bentuk kolusi pada beberapa negara bagian di Anerika Serikat melanggar undang-undang, oleh karena itu terjadi kolusi secara diam-diam (tacit collusion). Kolusi terjadi antarbeberapa perusahaan dalam satu industri dengan melaksanakan kepemimpinan harga (price leadership). Pada model ini, harga ditetapkan oleh salah satu perusahaan besar atau perusahaan yang dapat menghasilkan produk dengan biaya rendah. Harga yang telah ditentukan suatu perusahaan yang memimpin harga akan diikuti oleh perusahaan lain.





Daftar Pustaka


Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Refika Aditama
Joeston, Tati Suhartati dan M. Fathorrezi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Salemba Empat
Sumanjaya, Rakhmat, Syahrir Hakim Nasution, dan H. B. Tarmizi. 2008. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press

Komentar

  1. display blognya kurang menarik nieh

    BalasHapus
  2. Izin bertanya, mbak.
    Bagaimana kolusi yang dilakukan oleh dua perusahaan dengan fungsi biaya yang berbeda? Fungsi biaya mana yang digunakan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fungsi yang memberikan joint surplus paling besar :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Perhitungan Data Statistik

Pengalaman Selama Study di Taiwan