Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Perdagangan Internasional
Pengaruh Makro Ekonomi terhadap
Perdagangan Internasional
1.
Pengertian Perdagangan Internasional
Secara
sederhana, perdagangan internasional dapat diartikan sebagai kegiatan tukar
menukar barang/jasa antarpelaku ekonomi melewati batas-batas negara.
Perdagangan internasional merupakan proses transfer barang/jasa atas dasar kehendak
sukarela dari masing-masing negara, untuk tujuan memperoleh manfaat perdagangan
atau gains of trade. Perdagangan ini meliputi transaksi penjualan ke luar
negeri, disebut sebagai impor dan transaksi pembelian dari lur negeri yang
disebut ekspor.
2.
Indikator-indikator Makro Ekonomi
Di bawah ini disebutkan
beberapa indikator-indikator penting makro ekonomi beserta definisinya secara
singkat:
PDB
merupakan total nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB hanya menghitung total
produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan
dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Dengan menghitung PDB,
maka pertumbuhan ekonomi juga dapat dihitung.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
dalam periode waktu tertentu.
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun. Dari sisi
pengeluaran, komponen-komponen pendapatan nasional terdiri dari konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
Konsumsi menyatakan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga maupun
pemerintah untuk memperoleh barang/jasa.
Investasi adalah suatu istilah keuangan dan
ekonomi yang memiliki beberapa pengertian. Istilah ini dinamakan juga penanaman
modal dengan cara mengakumulasikan suatu bentuk aktiva dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian modal barang yang tidak dikonsumsi, melainkan digunakan untuk produksi yang
akan datang. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga,
dilihat dengan kaitannya
I=
(Y,i)
.
Pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar,
sedangkan tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk
investasi. Dengan tingkat bunga simpanan yang tinggi, perusahaan/individu yang
memiliki modal akan lebih memilih untuk menabung daripada berinvestasi.
Sedangkan perusahaan/individu yang kekurangan modal akan
mengurangi/menghentikan investasinya, karena keadaan mengharuskannya meminjam
uang untuk kebutuhan modal dalam keadaan bunga pinjaman yang tinggi.
Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak habis dikonsumsi.
Suku Bunga adalah persentase imbalan/balas
jasa atas pinjaman uang. Imbalan ini merupakan kompensasi kepada pemberi
pinjaman atas keuntungan yang diberikannya melalui manfaat kedepan dari uang
pinjaman tersebut apabila diinvestasikan.
Ekspor adalah kegiatan
menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri.
Impor adalah kegiatan kebalikan dari ekspor,
yaitu membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri.
Cadangan devisa adalah simpanan dalam bentuk mata uang asing oleh bank sentral dan pemegang otoritas moneter.
Inflasi adalah suatu proses peningkatan
harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI
(Indeks harga Konsumen) dan GDP Deflator.
Indeks Harga Konsumen adalah suatu angka yang mengukur harga rata-rata dari barang
dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
GDP Deflator ialah perbandingan antara PDB riil dan PDB nominal.
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs
dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara
dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Penawaran Uang
merupakan jumlah uang yang ditawarkan oleh bank sentral.
Indikator-indikator di
atas juga turut dipengaruhi oleh berbagai variabel ekonomi, temasuk di
antaranya hal-hal yang terkait masalah pembangunan sebagai berikut:
ü Tenaga Kerja
ü Jumlah Penduduk
ü Jumlah Pengangguran
ü Jumlah penduduk miskin
ü Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
ü Angka Ketergantungan
ü Dan lain-lain
Dalam pembahasan
berikutnya, akan dipilih beberapa indikator ekonomi makro yang memiliki
pengaruh besar terhadap kelangsungan kegiatan perdagangan internasional.
3. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap
Perdagangan Internasional
a. Analisis Deskriptif
Secara umum, kondisi makro ekonomi akan berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan
internasionalnya. Dibawah ini akan diuraikan beberapa indikator makro ekonomi
yang mempengaruhi perdagangan internasional.
Pendapatan Nasional
Peningkatan pendapatan nasional cenderung meningkatkan hasrat konsumsi
masyarakat (marginal prospensity to
consume). Peningkatan Konsumsi Rumah
Tangga tersebut akan memperbesar peluang transfer masuknya
barang-barang/jasa-jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan demikian, akan
terjadi peningkatan impor. Kemungkinan lain adalah terjadinya penurunan ekspor,
karena hasil produksi dalam negeri
sebagian besar habis dikonsumsi oleh masyarakat. Namun hal ini
tergantung pada peran serta pemerintah dan unsur psikologis yang terkandung
dalam masyarakat.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Kegiatan perdagangan internasional tidak terlepas dari unsur harga
rata-rata barang/jasa yang dikonsumsi oleh tumah tangga. IHK menjadi salah satu
ukuran terjadinya Inflasi. Inflasi merupakan suatu proses peningkatan harga-harga secara
umum. Kenaikan harga-harga secara umum akan
mengakibatkan biaya produksi juga tinggi, sedangkan daya beli masyarakat lemah.
Biaya produksi tinggi berarti harga jual barang/jasa pun tinggi. Keadaan ini
akan diikuti oleh berkurangnya permintaan luar negeri akibat tingginya harga
barang-barang yang diekspor, sehingga produk dalam negeri akan kehilangan daya
saing di luar negeri karena dianggap terlalu mahal. Jadi, keadaan ini
menyebabkan penurunan ekspor. Sedangkan pengaruhnya terhadap impor tampak dalam
peningkatan indeks harga konsumen (IHK) itu sendiri. Tingginya harga rata-rata
menyebabkan daya beli masyarakat pun lemah. Masyarakat akan berusaha untuk
membatasi konsumsi, yang pada akhirnya berpeluang menurunkan impor. Inflasi tidak terlepas dari faktor Penawaran Uang oleh bank sentral.
Impor/Ekspor
Dengan mengasumsikan bahwa jenis barang yang diekspor dan diimpor adalah
sama, maka dapat disimpulkan bahwa Impor memiliki korelasi negatif terhadap
ekspor. Besarnya impor akan memperkecil pasar produk dalam negeri dan pada
akhirnya akan mematikan perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bersaing dengan
produk dari luar negeri. Dengan demikian, kesempatan untuk melakukan ekspor pun
semakin kecil. Demikian sebaliknya. Nilai ekspor yang besar menunjukkan bahwa
barang/jasa produksi dalam negeri memiliki daya saing kuat sehingga mampu
menembus pasar internasional. Keadaan ini menyebabkan masyarakat lebih memilih
mengonsumsi barang/jasa produksi dalam negeri. Secara otomatis, impor akan
berkurang.
Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi akan
hasrat menabung yang lebih tinggi. Akibatnya, proporsi pendapatan yang
dijadikan Tabungan menjadi lebih
besar. Sebab menabung akan terasa lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan
melakukan Investasi. Rendahnya
investasi menyebabkan rendahnya kegiatan produksi. Di pihak lain, produsen yang
membutuhkan modal pinjaman akan terhalang oleh tingkat bunga kredit yang
tinggi. Hal ini akan memberikan dampak buruk yang sama, yaitu terjadinya
penurunan produktivitas. Rendahnya produksi dalam negeri akan menyebabkan
kemampuan ekspor berkurang. Bahkan, dalam jangka panjang keadaan ini akan
memicu peningkatan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap perdagangan internasional.
Pihak yang terkena dampak negatif akibat kurs yang menguat adalah eksportir.
Sebab, menguatnya nilai rupiah menyebabkan pembayaran yang diterima oleh
eksportir atas barang/jasa yang ekspor akan berkurang. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan ekspor. Dalam keadaan yang sama importir akan mendapat
keuntungan. Karena ia akan membayar lebih murah untuk barang/jasa yang diimpor.
Akibatnya terjadi peningkatan impor. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila
kurs melemah.
Contoh: Harga barang x adalah 1 USD yang berlaku secara internasional. Kurs Rupiah menguat dari Rp 9.000/USD menjadi Rp 8.000/USD. Akibatnya, eksportir yang tadinya menerima Rp 9.000 dari hasil ekspor 1 unit barang x, setelah kurs menguat menjadi hanya menerima sebesar Rp 8.000. Sebaliknya, importir yang sebelumnya harus membayar sebesar Rp 9.000 untuk mengimpor 1 unit barang x, setelah kurs menguat cukup membayar sebesar Rp 8.000 ia telah memperoleh 1 unit barang x.
Contoh: Harga barang x adalah 1 USD yang berlaku secara internasional. Kurs Rupiah menguat dari Rp 9.000/USD menjadi Rp 8.000/USD. Akibatnya, eksportir yang tadinya menerima Rp 9.000 dari hasil ekspor 1 unit barang x, setelah kurs menguat menjadi hanya menerima sebesar Rp 8.000. Sebaliknya, importir yang sebelumnya harus membayar sebesar Rp 9.000 untuk mengimpor 1 unit barang x, setelah kurs menguat cukup membayar sebesar Rp 8.000 ia telah memperoleh 1 unit barang x.
PDB
PDB menunjukkan kegiatan produksi dalam suatu negara. Apabila PDB
meningkat, artinya terjadi Pertumbuhan
Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas
ekonomi. Han ini menjadi suatu motivasi untuk meningkatkan daya saing produk
dan mengembangkan inovasi, dan meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan daya
saing produk disertai peningkatan produktivitas akan meningkatkan ekspor. Di
sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga menjadi ukuran terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat yang memicu hasrat konsumsi yang lebih tinggi. Hasrat
konsumsi masyarakat yang tinggi membuka peluang impor yang lebih tinggi.
b. Analisis Statistik
Untuk membuktikan hasil analisis deskriptif di atas, maka dilakukan
analisis secara statistik. Berikut disajikan hasil analisis statistik, pengaruh
makro ekonomi terhadap perdagangan internasional (kasus: negara China),
menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan bantuan media spss 17.
1. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Ekspor
Persamaan:
Export = α0
+ α1 GNI + α2 CPI + α3 Inflation + α4 Import + α5 Consumption + α6 Interest +
α7 Saving + α8 Exchange + α9 Investment + α10 Money + α11 GDP + α12 Growth
Output:
Output:
Predetermined
|
Coefficient
|
Std.Error
|
t-stat
|
Prob.
|
Other Parameter
|
(Constant)
|
89757.972
|
201590.11
|
0.445
|
0.661
|
R-squared 0.980
|
GNI
|
1760.521
|
188.785
|
9.326
|
0.000
|
F-stat
121.135
|
CPI
|
1901.946
|
916.885
|
2.074
|
0.053
|
F Prob 0.000
|
Inflation
|
-24072.656
|
13369.464
|
-1.801
|
0.089
|
|
Import
|
-1.671
|
0.596
|
-2.801
|
0.012
|
|
Consumption
|
-217.530
|
85.826
|
-2.535
|
0.021
|
|
Interest Rate
|
-35182.773
|
19439.035
|
-1.810
|
0.087
|
|
Saving
|
6.454E-7
|
0.000
|
2.863
|
0.010
|
|
Exchange Rate
|
-63897.607
|
23389.863
|
-2.732
|
0.014
|
|
Investment
|
-0.742
|
1.582
|
-0.469
|
0.644
|
|
Money Supply
|
-0.190
|
0.026
|
-7.179
|
0.000
|
|
GDP
|
-6.719E-7
|
0.000
|
-4.595
|
0.000
|
|
Growth
|
-8365.602
|
7871.757
|
-1.063
|
0.302
|
Interpretasi Hasil Analisis:
a. Koefisien dan Probabilitas
v Constant. Berdasarkan
hasil estimasi regresi diperoleh bahwa nilai intercept (konstanta) adalah
sebesar 89757.972, yang artinya, tanpa ada pengaruh
dari variable-variabel bebas di atas, maka besar ekspor negara China adalah
sebesar 89757.972 USD.
v GNI. Koefisien
GNI sebesar 1760.521 menunjukkan bahwa GNI perkapita
berpengaruh positif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GNI perkapita
sebesar $ 1 akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar 1760.521 USD. GNI berpengaruh secara
signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v CPI.
Koefisien CPI sebesar 1901.946 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen
berpengaruh positif terhadap ekspor. Artinya, setiap kenaikan 1 indeks harga
konsumen akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar 1901.946 USD. CPI
berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α =
0.053)
v Inflation. Koefisien
inflasi sebesar -24072.656 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap ekspor. Artinya, ssetiap kenaikan 1% inflasi akan mengakibatkan
penurunan ekspor sebesar 24072.656 USD. Inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α = 0.089)
v Import. Koefisien
impor sebesar -1.671 menunjukkan bahwa impor berpengaruh negatif terhadap
ekspor. Artinya, setiap kenaikan impor sebesar 1 USD akan mengakibatkan penurunan ekspor
sebesar 1.671 USD. Impor berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan
tingkat kesalahan 5% (α = 0.012)
v Consumption. Koefisien
konsumsi sebesar -217.530 menunjukkan bahwa konsumsi rumah
tangga pengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan rubahan 1
juta Yuan konsumsi akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 217.530 USD.
Konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan
5% (α = 0.021)
v Interest. Koefisien suku bunga
sebesar -35182.773 menunjukkan bahwa suku bunga
berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap perubahan 1% suku bunga
akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 35182.773 USD. Suku bunga
berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan 10% (α =
0.087)
v Saving. Koefisien tabungan sebesar 6.454E-7 menunjukkan
bahwa tabungan berpengaruh positif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan
1 USD tabungan akan mengakibatkan peningkatan ekspor sebesar 6.454 × 10-7 USD.
Tabungan berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor dengan tingkat kesalahan
1% (α = 0.010)
v Exchange rate.
Koefisien nilai tukar sebesar -63897.607 menunjukkan
bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana setiap
peningkatan kurs (kurs melemah) sebesar 1 Yuan / US$ akan mengakibatkan penurunan
ekspor sebesar 63897.607 USD. Nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor
pada tingkat kesalahan 5% (α = 0.015)
v Investment.
Koefisien investasi sebesar -0.742 menunjukkan
bahwa investasi berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan
1 juta US$ investasi akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 0.742 USD. Namun demikian, investasi asing
tidak signifikan pengaruhnya terhadap ekspor. Hal ini dibuktikan dengan nilai
probabilitas INVESTMENT sebesar 0.644 (tidak signifikan).
v Money Supply.
Koefisien penawaran uang sebesar -0.190
menunjukkan bahwa penawaran uang berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana
setiap peningkatan penawaran uang sebesar 1 Yuan akan mengakibatkan penurunan
ekspor sebesar 0.190 USD. Penawaran uang
berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor pada tingkat kesalahan 1%
(α = 0.000)
v GDP. Koefisien
GDP sebesar -6.719E-7 menunjukkan bahwa GDP
berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GDP sebesar 1
USD akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar
6.719 × 10-7 USD. GDP berpengaruh secara signifikan terhadap
ekspor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v Growth. Koefisien
pertumbuhan ekonomi sebesar -8365.602 menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap pertumbuhan
ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar 8365.602 USD. Namun demikian, pertumbuhan
ekonomi tidak signifikan pengaruhnya terhadap ekspor. Hal ini dibuktikan dengan
nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi sebesar 0.302 (tidak signifikan).
b. R-Squared
Nilai Adjusted
R-squared sebesar 0.980 berarti bahwa indikator-indikator makro di atas
mempengaruhi ekspor sebesar 98%. Sedangkan selebihnya sebesar 2% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain. Dari besarnya nilai koefisien determinasi ini dapat
dikatakan bahwa model di atas merupakan model yang baik, sebab
variabel-variabel bebasnya cukup mampu menjelaskan variabel terikat.
c. F-Probability
Besar probabilitas uji F
menunjukkan nilai sebesar 0.000 (α = 1%). Dengan demikian dapat disimpulkan,
jika diuji secara bersamaan, maka indikator-indikator
makro tersebut memiliki pengaruh bersama yang signifikan terhadap ekspor pada
tingkat kepercayaan 99%.
2. Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Impor
Persamaan:
Import = β0 + β1 GNI + β2 CPI + β3 Inflation + β4 Consumption
+ β5 Interest + β6 Saving +
β7 Exchange
+ β8 Investment + β9
Money + β10 GDP + β11 Growth + β12 Export
Output:
Predetermined
|
Coefficient
|
Std.Error
|
t-stat
|
Prob.
|
Other Parameter
|
(Constant)
|
156335.027
|
55768.700
|
2.803
|
0.012
|
R-squared 0.998
|
GNI
|
494.014
|
95.092
|
5.195
|
0.000
|
F-stat 1061.831
|
CPI
|
430.015
|
320.939
|
1.340
|
0.197
|
F Prob 0.000
|
Inflation
|
-11071.392
|
4016.066
|
-2.757
|
0.013
|
|
Consumption
|
-95.991
|
23.979
|
-4.003
|
0.001
|
|
Interest Rate
|
-19266.398
|
5286.677
|
-3.644
|
0.002
|
|
Saving
|
-7.530E-8
|
0.000
|
-0.856
|
0.403
|
|
Exchange Rate
|
-18289.511
|
8097.929
|
-2.259
|
0.037
|
|
Investment
|
1.349
|
0.417
|
3.232
|
0.005
|
|
Money Supply
|
-0.024
|
0.016
|
-1.482
|
0.156
|
|
GDP
|
-2.789E-8
|
0.000
|
-0.394
|
0.698
|
|
Growth
|
-5624.382
|
2324.603
|
-2.420
|
0.026
|
|
Export
|
-0.182
|
0.065
|
-2.801
|
0.012
|
Interpretasi Hasil Analisis:
a. Koefisien dan Probabilitas
v Constant. Berdasarkan
hasil estimasi regresi diperoleh bahwa nilai intercept (konstanta) adalah
sebesar 156335.027, yang artinya, tanpa ada pengaruh
dari variabel-variabel bebas di atas, maka besar impor negara China adalah
sebesar 156335.027 USD.
v GNI. Koefisien
GNI sebesar 494.014 menunjukkan bahwa GNI perkapita
berpengaruh positif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan GNI perkapita
sebesar $ 1 akan mengakibatkan peningkatan impor sebesar 494.014 USD. GNI berpengaruh secara
signifikan terhadap impor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.000)
v CPI.
Koefisien CPI sebesar 430.015 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen
berpengaruh positif terhadap impor. Artinya, setiap kenaikan 1 indeks harga
konsumen akan mengakibatkan peningkatan impor sebesar 430.015 USD. Namun
demikian, CPI tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan
dengan nilai probabilitas CPI sebesar 0.197 (tidak signifikan).
v Inflation. Koefisien
inflasi sebesar -11071.392 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap impor. Artinya, setiap kenaikan 1% inflasi akan mengakibatkan
penurunan impor sebesar 11071.392 USD. Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap impor
dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.013)
v Consumption. Koefisien
konsumsi sebesar -95.991 menunjukkan bahwa konsumsi
rumah tangga pengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan
rubahan 1 juta Yuan konsumsi akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 95.991 USD.
Konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan
1% (α = 0.001)
v Interest. Koefisien suku bunga
sebesar -19266.398
menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap
perubahan 1% suku bunga akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 19266.398 USD.
Suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan
1% (α = 0.002)
v Saving. Koefisien tabungan sebesar -7.530E-8 menunjukkan
bahwa tabungan berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan 1
USD tabungan akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 7.530 × 10-8 USD..
Namun demikian, tabungan tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor. Hal ini
dibuktikan dengan nilai probabilitas tabungan sebesar 0.403 (tidak signifikan).
v Exchange rate.
Koefisien nilai tukar sebesar -18289.511 menunjukkan
bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor. Dimana setiap
peningkatan kurs (kurs melemah) sebesar 1 Yuan / US$ akan mengakibatkan
penurunan impor sebesar 18289.511 USD. Nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap impor
pada tingkat kesalahan 5% (α = 0.037)
v Investment.
Koefisien investasi sebesar 1.349 menunjukkan
bahwa investasi berpengaruh positif terhadap impor. Di mana setiap peningkatan
1 juta US$ investasi akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 1.349 USD. Investasi berpengaruh secara
signifikan terhadap impor pada tingkat kesalahan 1% (α = 0.005)
v Money Supply.
Koefisien penawaran uang sebesar -0.024 menunjukkan
bahwa penawaran uang berpengaruh negatif terhadap impor. Dimana setiap
peningkatan penawaran uang sebesar 1 Yuan akan mengakibatkan penurunan impor
sebesar 0.024 USD. Namun demikian, GDP tidak signifikan pengaruhnya terhadap
impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas GDP sebesar 0.156 (tidak
signifikan).
v GDP. Koefisien
GDP sebesar -2.789E-8 menunjukkan bahwa GDP
berpengaruh negatif terhadap ekspor. Di mana setiap peningkatan GDP sebesar 1
USD akan mengakibatkan penurunan ekspor sebesar
2.789 × 10-7 USD. Namun demikian, GDP tidak signifikan
pengaruhnya terhadap impor. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas GDP
sebesar 0.698 (tidak signifikan).
v Growth. Koefisien
pertumbuhan ekonomi sebesar -5624.382 menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap impor. Di mana setiap
pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 5624.382 USD. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara
signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 5% (α = 0.026)
v Export. Koefisien
ekspor sebesar -0.182 menunjukkan bahwa ekspor berpengaruh negatif terhadap impor.
Artinya, setiap kenaikan ekspor sebesar 1
USD akan mengakibatkan penurunan impor sebesar 0.182 USD. Ekspor
berpengaruh secara signifikan terhadap impor dengan tingkat kesalahan 5% (α =
0.012)
b. R-Squared
Nilai Adjusted R-squared
sebesar 0.998 berarti bahwa indikator-indikator makro di atas mempengaruhi impor
sebesar 99,8%. Sedangkan selebihnya sebesar 0,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Dari besarnya nilai koefisien determinasi ini dapat dikatakan bahwa model
di atas merupakan model yang baik, sebab variabel-variabel bebasnya cukup mampu
menjelaskan variabel terikat.
c. F-Probability
Besar
probabilitas uji F menunjukkan nilai sebesar 0.000 (α = 1%). Dengan demikian
dapat disimpulkan, jika diuji secara bersamaan, maka
indikator-indikator makro tersebut memiliki pengaruh bersama yang signifikan
terhadap impor pada tingkat kepercayaan 99%.
Catatan: kadang terdapat
ketidaksesuaian antara hasil analisis statistik dan deskriptif, karena
masing-masing metode analisis mempunyai kelemahan. Dalam analisis deskriptif
ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam memprediksi maupun membuat asumsi.
Sedangkan dalam analisis statistik bisa saja terjadi kesalahan data, masalah
pembentukan model maupun kesalahan lain. Seperti misalnya nilai kurs.
Berdasarkan analisis deskriptif, nilai kurs menguat akan menyebabkan
peningkatan impor. Sedangkan berdasarkan analisis statistik, kurs menguat akan
mengakibatkan penurunan impor. Hal ini bisa terjadi karena nilai kurs selalu berubah-ubah
bahkan dalam sehari. Sedangkan data yang digunakan adalah data tahunan.
4. Kondisi Makro Ekonomi dan Perdagangan
Internasional: Kasus Perekonomian Indonesia
Ada beberapa saat
tertentu di mana negara indikator makro ekonomi Indonesia mengalami penurunan-penurunan
yang ditandai dengan ketidakstabilan ekonomi dan berdampak pada aktivitas
perdagangan internasional Indonesia. Di bawah ini adalah dua momen penting di
mana terjadi perubahan- perubahan penting dalam lingkup makro ekonomi dan
pengaruhnya terhadap kegiatan perdagangan internasional negara Indonesia.
Pada tahun 1998 saat
terjadi krisis moneter, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0% (tahun
1997 sebesar 4%), nilai tukar rupiah Rp 8.025/USD ( tahun sebelumnya
4.650/USD), JUB Rp 577.381 M (sebelumnya Rp 355.643 M), inflasi
77,63% (sebelumnya 11,05%). Akibatnya nilai ekspor menurun menjadi 48.847,6
juta USD dari sebelumnya 53.443,6 juta USD. Sedangkan nilai Impor juga
mengalami penurunan dari sebelumnya 41.679,8 juta USD menjadi 27.336,9 juta
USD.
Pada tahun 2008,
Indonesia juga ikut merasakan dampak dari krisis ekonomi global. Pada tahun
itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,01% (tahun sebelumnya
6,35%), Nilai Tukar Rp9.591/USD (sebelumnya Rp9.201/USD), Jumlah uang
beredar Rp26.213.402M(sebelumnya Rp17.549.212M), Inflasi 11,06% (sebelumnya 6,59%). Namun,
nilai Ekspor masih sedikit meningkat menjadi 137.020 juta USD dari
sebelumnya 114.101 juta USD. Nilai Impor juga mengalami peningkatan dari
sebelumnya 74.473,4 juta USD menjadi 112.420,6 juta USD. Artinya, kondisi makro ekonomi
Indonesia tahun 2008 tidak mengalami penurunan yang terlalu drastis seperti
halnya yang terjadi pada tahun 1998. Jadi, aktivitae perdagangan
internasionalnya juga tidak begitu terpengaruh.
* * *
mantap bos
BalasHapusThanks 😊
BalasHapus